INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Boyolali - Lauk Pauk Yang Dimakan Rasulullah Saw Berdasarkan Kitab Asy-Syama-Ilul Muhammadiyyah


Lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw. merupakan informasi penting, alasannya ialah dengan mengetahuinya kita semakin banyak sanggup menjiplak akan setiap apa yang telah disunahkan beliau. Anda juga tentu ingin tau terkait makanan kesukaan Rasulullah bukan?

Selain sanggup mengetahui kuliner kesukaan Rasulullah, pembahasan kali ini juga akan membahas secara lengkap mengenai lauk pauk yang dia konsumsi. Mengenai lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw, telah dibahas dengan lengkap dalam kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah yang telah disusun oleh Imam At-Tirmidzi. Adapun pembahasan mengenai cuilan ini ialah sebagai berikut :


Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari ‘Aisyah r.a. dikemukakan:


Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, ‘Saus yang paling yummy ialah cuka.’1 ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman berkata, ‘Saus yang paling yummy ialah cuka.’

Diriwayatkan oleh Muhammad Shal bin ‘Askar dari ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman, keduanya mendapatkan dari Yahya bin Hasan, dari Sulaiman bin Bilal dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..


Nu’man bin Busyair r. a. memperingatkan kepada kaum Muslimin sebagai berikut:


Sungguh kalian makan dan minum dengan sepuas-puasnya, padahal saya melihat sendiri Nabi kalian saw. tidak pernah memakan kurma hingga memenuhi perutnya.

Diriwayatkan oleh Qutaibah dari Abul Ahwash dari Simak bin Harb yang bersumber dari Nu‘man bin Busyair r.a..

Keterangan : N u‘man bin Busyair al-Anshari terbunuh tahun 64 H. Ia dan kedua orang tuanya merupakan shahabat Rasulullah saw,.

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdullah r.a. diungkapkan:


 Rasulullah saw. bersabda, ‘Saus yang paling yummy ialah cuka.

Diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin ‘Abdullah al-Khaza‘i dari Muawiyah bin Hisyam dari Sufyan dari Muharib bin Ditsar yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdullah r.a..

Zahdam al-Jurmi r. a. bercerita:


Kami berada di rumah Abu Musa al-Asy‘ari r.a.. Maka disuguhkan kepada kami daging ayam. Tiba-tiba seorang pria di antara kami menyingkir.
Abu Musa bertanya, “Mengapa engkau menghindar?”
Ia menjawab, “Sunguh saya melihatnya (ayam) sedang makan sesuatu yang kotor. Maka saya bersumpah takkan memakannya.” Abu Musa berkata, “Mendekatlah kemari, sungguh saya melihat Rasulullah saw. pun memakan daging ayam.”

Diriwayatkan oleh Hanad dari Waki dari Sufyan dari Ayyub dari Abu Qilabah yang bersumber dari Zahdam al-Jurmi r.a..

Keterangan : Zahdam al-Jurmi ialah Abu Muslim al-Bashri r.a. Ia tergolong rawi yang tsiqat dari generasi ketiga dan periwayatannya dikeluarkan oleh Bukhari dan lainnya.

Ibrahim bin ‘Umar bin Safinah bercerita bahwa kakeknya, Safinah r.a. berkata:


 Aku bersama Rasulullah saw. memakan daging kalkun.

Diriwayatkan oleh al-Fadlal bin Sahl al-A‘raji al-Baghdadi dari Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin Mahdi dari Ibrahim bin ‘Umar bin Safinah dari bapaknya yang bersumber dari kakeknya, Safinah r.a..

Keterangan : Safinah ialah nama yang diberikan oleh Rasulullah saw. sedangkan nama aslinya ialah Mahran, ia ialah maula Rasulullah saw.

Zahdam al-Jurmi r.a. bercerita :


(Suatu waktu) kami bersama Abu Musa al-Asy‘ari r.a.. (Selanjutnya Zahdam bercerita), “Kemudian ia menghidangkan makanannya. Ia ke tengahkan kuliner yang di antaranya terdapat daging ayam. Di antara kelompok itu terdapat seorang pria dari Bani Taimilah. Lelaki itu berkulit merah seakan akan bekas budak.” Selanjutnya Zahdam meneruskan ceritanya, “Lelaki itu tidak mau mendekat,” maka Abu Musa berkata, “Mendekatlah, sungguh saya telah melihat Rasulullah saw. pun memakannya.’ Lelaki itu menjawab, “Aku pernah melihatnya (ayam) memakan sesuatu yang mengakibatkan saya jijik karenanya. Maka saya menghindarinya dan saya bersumpah tidak akan memakannya untuk selamanya.”

Diriwayatkan oleh ‘Ali bin Hujr dari Isma’il bin Ibrahim dari Ayyub dari Qasim at-Tamimi yang bersumber dari Jahdam al-Jurmi r.a..

Abu Usaid r.a. bercerita:


Rasulullah saw. bersabda, “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Abu Ahmad az-Zubairi dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu‘aim, keduanya mendapatkan dari Sufyan dari ‘Abdullah bin ‘Isa dari seorang pria jago Syam yang berjulukan Atha yang bersumber dari Abu Usaid r.a..

Keterangan : Abu Usaid ialah ‘Abdullah bin Tsabit az-Zarqi. Tidak ada hadits yang diriwayatkannya kecuali ini,demikian pula 1a tidak tercantum dalam Kutubus Sittah (kitab hadits yang enam), kecuali dalam Sunan Tirmidzi.


‘Umar bin Khaththab r.a. berkata:


Rasulullah saw. bersabda, “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.

Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa dari ‘Abdurrazzaq dari Ma’mar dari Zaid bin Aslam dari bapaknya yang bersumber dari ‘Umar bin Khaththab r.a..

Keterangan :
Zaid bin Aslam ialah seorang faqih al-Umari (faqih yang mencar ilmu kepada Umar r.a.)
Aslam ialah seorang hamba yang dibebaskan (dimerdekakan) oleh ‘Umar bin Khaththab.

Anas bin Malik r.a. memberitakan:



Nabi saw. menggemari buah labu. Maka (pada suatu hari) dia diberi kuliner itu atau diundang untuk makan kuliner itu (labu). Aku pun mengikutinya, maka kuliner itu (labu) kuletakkan di hadapannya, lantaran saya tahu dia menggemarinya.

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar dari Muhammad bin Ja‘far dan diriwayatkan pula oleh ‘Abdurrahman bin Mahdi keduanya mendapatkan dari Syu‘bah dari Qatadah yang bersumber dari Anas bin Malik r.a..


Jabir r.a. bercerita:


Aku berkunjung ke rumah Nabi saw. Kulihat di sampingnya ada labu yang telah dipotong-potong. Aku bertanya, “Apakah ini ya Rasulallah?” Beliau bersabda, “Kami memperbanyak kuliner kami dengannya.”

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id dari Hafash bin Ghiyats dari Isma’il bin Abu Khalid dari Hakim bin Jabir yang bersumber dari Jabir r.a..

Keterangan :

Menurut Imam Tirmidzi, Jabir di sini ialah Jabir bin Thariq yang dikenal pula dengan Ibnu Abi Thariq. Ia seorang shahabat Rasulullah saw. Sepengetahuan kami, ia hanya meriwayatkan satu hadits, yaitu hadits ini.

Lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw.

Anas bin Malik r.a. bercerita:


Sesungguhnya seorang tukang jahit mengundang Rasulullah saw. untuk makan suatu kuliner yang dibuatnya. Selanjutnya Anas bin Malik r.a. berkata,
“Aku bersama Rasulullah saw. pergi untuk memenuhi usul makannya. Kemudian tukang jahit itu menyuguhkan kepada Rasulullah saw. roti yang terbuat dari tepung sya’ir dan sayur labu serta dendeng daging.”
Cerita Anas selanjutnya, “Kulihat Nabi saw. mencari labu itu di sekitar qash-‘ah. Maka semenjak itu saya (Anas bin Malik r.a.) menyukai 1abu.

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id, dari Malik bin Anas dari Ishaq bin ‘Abdullah bin Abu Thalhah yang bersumber dari Anas bin Malik r.a..

Keterangan :

Qash-‘ah ialah piring besar untuk makan sepuluh orang. Selain Qash-‘ah, ada pula yang disebut Shahfah, yaitu piring besar' untuk makan lima orang.

Maknanan kesukaan Rasulullah saw.

‘Aisyah r.a. mengisahkan:

Nabi saw. menyenangi kue-kue anggun (manisan) dan madu.

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Ibrahim ad-Daruqi juga diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib dan diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, mereka menerimanya dari Abu Usamah dari Hisyam bin ‘Urwah yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

‘Atha' bin Yasar r.a.’ mengkhabarkan:



Sesungguhnya Ummu Salamah bercerita kepadaku (‘Atha’ bin Yasar), bahwa ia menyuguhkan daging panggang (semacam sate) kepada Rasulullah saw. Kemudian dia memakannya, lantas bangkit untuk melakukan shalat, sedangkan dia tidak berwudlu lagi.

Diriwayatkan oleh al-Hasan bin Muhammad az-Za‘farani dari Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij dari Muhamamd bin Yusf yang bersumber dari ‘Atha' bin Yasar r.a.

Keterangan :
 ‘Atha' bin Yasar al-Madini al-Qadli ialah dari golongan tabi‘in besar. Periwayatannya diterima oleh Jama’ah.

‘Abdullah bin al-Harits r.a. berkata:

 Kami makan daging panggang bersama Rasulullah saw. di dalam masjid.

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Luhai-‘ah dari Sulaiman bin Ziyad’ yang bersumber dari ‘Abdullah bin al-Harits r.a..

Al-Mughirah bin Syu‘bah r.a. bercerita:


Pada suatu malam saya bersama Rasulullah saw. bertamu. Kepada kami disuguhkan sepotong daging bakar. Rasulullah saw. mengambil pisau kemudian memotongnya. Ia pun memotongkan untukku dari daging itu. (Selanjutnya) Mughirah bercerita, “Maka datanglah Bilal memberitahu Rasulullah saw. bahwa waktu shalat telah tiba. Ia pun meletakkan pisau seraya bersabda, “Apa…? Oh...!”
(Rasulullah saw. kaget melihat kumis bilal telah panjang). Mughirah menerangkan, “Kumis Bilal telah panjang mencapai mulutnya. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Akan kupotong kumismu hingga batas siwak (mulut) atau (rawi ragu), Potonglah kumismu hingga batas siwak.’’

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Waki‘ dari Mis‘ar dari Abu Sakhrah Jami’ bin Syidad yang bersumber dari Mughirah bin Syu‘bah r.a..

Keterangan : 
  • Rasulullah saw. kaget melihat kumis Bilal telah panjang sehingga dia bersabda, “Akan kupotong kumismu hingga batas siwak” atau, “Potonglah kumismu hingga batas siwak.”
  • Kata ‘Taribat yadah’ arti harfiahnya ialah berlumuran tanah tangannya. Tapi kalimat tersebut bukan demikian artinya, alasannya ialah istilah tersebut dipakai untuk sesuatu yang menawarkan kekagetan atau untuk menyatakan sesuatu ketakjuban

Abu Hurairah r.a. bercerita:


Nabi saw. diberi daging maka diambilkan baginya cuilan dzira’an. Bagian dzira’an kesukaannya. Maka Rasulullah saw. merasakan sebagian daripadanya.

Diriwayatkan oleh Washil bin ‘Abdul A‘la dari Muhammad bin Fudlail dari Abu Hayyan at-Taimi dari Abu Zar‘ah yang bersumber dari Abu Hurairah r.a..

Keterangan :
Dzira’an ialah cuilan badan hewan dari dengkul hingga cuilan kaki. Makanan kesukaan Rasulullah saw.

Ibnu Mas‘ud r.a. bercerita:


Nabi saw. menyukai dzira‘an. (Selanjutnya) Ibnu Mas'ud berkata, “Pada suatu saat cuilan dzira‘an itu diracuni orang. Ibnu Mas’ud diberitahu bahwa orang yang meracuni itu ialah orang Yahudi.

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar dari Abu Daud dari Zuhair bin Muhammad dari Abu Ishaq dari Sa‘id bin Iyadl yang bersumber dari Ibnu Mas‘ud r.a..

Keterangan :
  • Peristiwa itu terjadi tatkala perang Khaibar. Sedangkan orang yang meracuni RasululIah saw. ialah Zainab binti al-Harits, orang Yahudi.
  • Abu ‘Ubaid atau ‘Ubaidah ialah bekas budak. Ia dimerdekakan oleh Rasulullah saw.

 Abu ‘Ubaid r.a.’ mengkhabarkan:



Aku memasak sekuali kuliner untuk Nabi saw.. Sungguh dia menyukai dzira‘an, maka kuambilkan untuknya satu. Kemudian dia bersabda, “Ambilkan lagi untukku!” Kemudian kuambilkan lagi. Namun dia bersabda lagi, “Ambilkan lagi untukku sepotong.” Maka saya berkata, “Wahai Rasulullah, berapa jumlahnya dzira’an kambing itu.”
Nabi saw. bersabda, “Demi Allah yang diriku berada dalam genggaman-Nya. Sekiranya engkau diam, tentu akan memperoleh apa yang kuminta.”

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, ia menerimanya dari Muslim bin Ibrahim dari Abban bin Yazid dari Qatadah dari Syahr bin Hausyab yang bersumber dari Abu ‘Ubaid r.a..

Mengomentari hadits di atas, ‘Aisyah r. a. berkata:

 Sebenarnya bukan dzira‘an yang paling disukai Rasulullah saw. namun lantaran dia tidak mendapatkan daging kecuali sekali-kali. Juga lantaran dia mau segera makan, sedangkan dzira‘an cepat matangnya.

Diriwayatkan oleh al-Hasan bin Muhammad az-Za‘farani dari Yahya bin Abbad dari Fulaih bin Sulaiman’ dari seorang lakilaki Bani Abbad yang berjulukan ‘Abdul Wahab bin Yahya bin Abbad dari ‘Abdullah bin Zubair yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

Keterangan :
Fulaih bin Sulaiman berdasarkan Ibnu Mu‘in, Abu Hatim dan Nasai, ia tidak dianggap berpengaruh periwayatannya

Makanan kesukaan Rasulullah saw.
‘Abdullah bin Ja‘far r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

Daging yang paling baik ialah daging punggung.

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Abu Ahmad dari Mis‘ar dari Syaikhan dari Fahm yang bersumber dari ‘Abdullah bin Ja‘far r.a..

Keterangan : 
Fahm namanya ialah Muhammad bin ‘Abdullah, disebut pula Muhammad bin Abdurrahman, juga disebut Abu Hay.

 ‘Aisyah r.a. mengkhabarkan:

Sesungguhnya Nabi saw. bersabda, “Saus yang paling nikmat ialah cuka.”

Diriwayatkan oleh Sufyan bin Waki‘ dari Zaid bin al-Habbab dari ‘Abdullah bin al-Mu'ammal dari Ibnu Abi Mulaikah yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

Keterangan :

Abdullah bin al-Mu‘ammal al-Mazumi al-Maki, berdasarkan Abu Daud termasuk rawi yang munkar, berdasarkan Abu Hatim periwayatannya tidak berpengaruh dan berdasarkan Zein al-Haffazh didla‘ifkan oleh jumhur ulama.

Ummu Hani r.a. bercerita:



Nabi saw. mengunjungiku kemudian dia bersabda, “Apakah bibi mempunyai sesuatu?” Aku menjawab, “Tidak ada apa-apa selain roti kering dan cuka.” Nabi saw. bersabda, “Boleh juga  ... suatu rumah tidak dianggap kekurangan lauk jika padanya masih tersedia cuka.

Diriwayatkan oleh Abu Kuraib Muhammad bin al-A‘la dari Abu Bakar bin Iyyasy dari Tsabit Abu Hamzah ats-Tsimali dari Sya‘bi yang bersumber dari Ummu Hani r.a..

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Musa al-Asy‘ari r.a. diberitakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:


 Keutamaan ‘Aisyah r.a. atas perempuan lainnya, ibarat keutamaan ' Tsarid atas sekalian makanan.

Diriwayatkan'oleh Muhammad bin al-Matsani dari Muhammad bin Ja ‘far dari Syu‘bah dari ‘Amr bin Murrah dari Murrah al Hamdani yang bersumber dari Abu Musa al-Asy‘ari r.a..

Keterangan:
Tsarid ialah roti yang dicampur dengan gulai daging.

Anas bin Malik r.a. memberitakan bahwa Rasulullahah saw. pernah bersabda:


 Kutamaan Aisyah r. a. atas seluruh kaum perempuan (lainnya) ibarat keutaman Tsarid atas sekalian makanan.

Diriwayatkan oleh Ali bin Hujr dari Ismail bin Ja’far dari ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Ma‘mar al-Anshari Abu Thawalah yang bersumber dari Anas bin Malik r.a..

Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah r.a. dikemukakan:


Sesungguhnya ia melihat Rasulullah saw. berwudlu disebabkan memakan sepotong keju. Pada lain waktu ia melihat pula bahwa Rasulullah saw. memakan pundak kambing kemudian dia shalat padahal dia tidak berwudlu lagi.

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya yang bersumber dari Abu Hurairah r.a..

Lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw.

Anas bin Malik r.a. bercerita:


Rasulullah saw. mengadakan kenduri perkawinannya dengan  Shafiyah dengan kuliner berupa kurma dan Sawiq.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Umar dari Sufyan bin ‘Uyainah dari Wail bin Daud dari bapaknya Bakar bin Wail dari Zuhri yang bersumber dari Anas bin Malik r.a..

Keterangan:
Sawiq ialah gandum yang digoreng

Makanan yang disukai Rasulullah saw.

Salma bercerita:



Sesungguhnya al-Hasan bin ‘Ali r.a., Ibnu Abbas r.a. dan Ibnu Jafar r.a. tiba menemuinya (Salma). Mereka berkata kepadanya,
“Tolong buatkan kami kuliner yang menggoda Rasulullah saw. dan dia bahagia memakannya.”
Salma menjawab, ‘Wahai anak-anakku, kalian mungkin takkan menyukai lagi kuliner itu sekarang.’
Salah seorang di antara mereka berkata, “Kenapa tidak, tolonglah buatkan kami kuliner itu.”
Perawi berkata, “Salma pun bergegas, kemudian mengambil gandum dan ditumbuknya. Setelah itu gandum tersebut dimasukkan ke dalam kuali dan disiram dengan sedikit minyak zaitun juga dicampur dengan lada dan rempah-rempah yang dihaluskan.
Setelah siap, kuliner itu disuguhkan kepada mereka.”
Salma berkata, “Inilah di antara kuliner yang menggoda Rasulullah saw. dan dia bahagia memakannya.”

Diriwayatkan oleh al-Husain bin Muhammad al-Bishri dari Fudlail bin Sulaiman dari Faid, maula Ubaidullah bin 'Ali Abu Rafi’, maula Rasulullah saw., dari ‘Ubaidullah bin 'Ali yang bersumber dari neneknya.

Keterangan :
 Salma ialah istri Abu Rafi. Ia pernah menjadi pengasuh putra Rasulullah sawyang berjulukan Ibrahim. Selain itu, ia pun merupakan pembantu rumah tangga Rasulullah saw..

Jabir bin ‘Abdullah r.a. bercerita:


Nabi saw. tiba ke rumah kami, maka kami sembelihkan seekor kambing untuknya. Beliau bersabda, “Seakan-akan mereka tahu bahwa kami menyenangi daging.”  Pada Hadits ini mengandung kisah yang panjang.

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dan’ Abu Ahmad dari Sufyan dan'Aswad bin Quis. dari Nabih al-‘Anzi yang bersumber dari Jabir bin 'Abdullah r.a..

Keterangan :

Pada waktu ghazwah Khandaq, Jabir melihat Rasulullah saw. kepayahan. Ia bermaksud akan menjamunya dan hal itu disampaikan kepada istrinya. Maka segeralah memasakn sya’ir dan menyembelih domba. Tatkala Rasulullah saw. tiba  (memenuhi undangan). Jabir dan istrinya terkejut alasannya ialah Rasulullah saw. tiba dengan rombongannya yang banyak. Namun demikian. dengan mukjizat Rasulullah saw. seluruh rombongan merasa kenyang bahkan masih ada sisa. (Kisah selengkapnya sanggup dilihat pada Shahih Bukhari dan Muslim).

Jabir r.a. bercerita:



Rasulullah saw. berangkat dari rumahnya dan saya menyertainya. Kemudian dia berkunjung ke rumah seorang perempuan Anshar. Wanita itu menyembelihkan seekor kambing untuk Rasulullah saw. dan dia memakan sebagian darinya. Wanita itupun menyuguhkan pula sebaki kurma (yang gres masak), dia pun memakan sebagian. Setelah itu dia berwudlu untuk shalat Zhuhur, kemudian dia shalat. Setelah tamat mendirikan shalat, perempuan itu menyuguhkan pula kepadanya sisa daging kambing tadi dan Rasulullah saw. pun memakannya. Setelah itu dia shalat Ashar dengan tidak berwudlu lagi.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Umar dari Sufyan dari 'Abdullah bin Muhammad bin ‘Uqail dari Jabir. Dan diriwayatkan pula oleh Sufyan dari Muhammad bin al-Munkadir yang bersumber dari Jabir r.a..

Lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw.

Ummul Mundzir’ bercerita:


Rasulullah saw. bersama ‘Ali k.w. berkunjung kepadaku. Pada waktu itu, kami mempunyai beberapa tandan kurma yang hampir matang (Dawal) digantungkan (di rumah). Ummul Mundzir meneruskan ceritanya, “Rasulullah saw. memakannya. ‘Ali k.w. juga turut memakannya. Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepada ‘Ali k.w., “Sudah, berhentilah wahai 'Ali. Engkau gres sembuh dari sakit (belum pulih sepenuhnya).” Ummul Mundzir meneruskan ceritanya, ‘Maka duduklah ‘Ali kw. sedangkan Nabi saw. terus memakannya.’ Kata Ummul Mundzir selanjutnya, ‘Maka kubuatkan mereka kuliner dari sayur dan gandum, kemudian dia bersabda kepada ‘Ali k.W., “Makanlah ini alasannya ialah lebih cocok untukmu.’’

Diriwayatkan oleh al-‘Abbas bin Muhammad ad-Dauri dari Yunus bin Muhammad dari Fulaih bin Sulaiman dari ‘Utsman bin ‘Abdurrahm an dari Ya‘qub bin Abu Ya‘qub yang bersumber dari Ummul Mundzir r.a..

Keterangan :
  • Ummul Mundzir al-Anshariyyah r.a. namanya ialah Salamah binti Qais bin Amr, ia ialah shahabat Nabi saw., periwayatannya dikeluarkan pula oleh Abu Daud dan Nasai.
  • Dawal ialah jamak dari daliyah. Pada hadits ini diterjemahkan dengan kurma yang hampir matang. Maksudnya: Apabila kurma hampir matang, maka dipotong kemudian digantungkan di rumah, jika sudah matang gres dimakan.


‘Aisyah Ummul Mu’minin r.a. bercerita:


Nabi saw. tiba kepadaku seraya bersabda, “Adakah kuliner untuk sarapan pagi?”
Aku menjawab, “Tidak ada.”
Rasulullah saw. bersabda, “Aku shaum.”
Aisyah r.a. melanjutkan ceritanya:
Di lain hari tiba pula Rasulullah saw. padaku, saya berkata kepadanya, “Kita diberi hadiah.”
Beliau bersabda, “Apa bentuk hadiah itu?”
Aku (Aisyah r.a.) menjawab, “Hais.”
Rasulullah saw. bersabda, “Sebenarnya saya semenjak tadi pagi telah shaum.”
Cerita ‘Aisyah r.a. selanjutnya, “Kemudian dia memakan kuliner itu.”

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Basyar bin Sari dari Sufyan dari Thalhah bin Yahya yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

Keterangan :
Hais ialah kuliner yang dibentuk dari kurma, minyak samin dan keju atau tepung.

Yusuf bin ‘Abdullah bin Salam r.a.’ berkata:


Aku melihat Rasulullah saw. mengambil bubuk roti yang terbuat dari sya‘ir, kemudian diletakkan di atasnya sebuah korma. Beliau bersabda, ‘... Ini ialah lauknya!’ Dan dia pribadi memakannya.

Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman dari ‘Umar bin Hafash bin Giats dari bapaknya dari Muhammad bin Abu Yahya al-Aslami dari Yazid bin Abu ‘Umayyah al-A‘war yang bersumber dari Yusuf bin ‘Abdullah bin Salam r.a..

Keterangan :
Yusuf bin ‘Abdullah bin Salam bersama ayahnya merupakan dua orang shahabat Nabi saw. Ada yang menyampaikan bahwa hadits ini diterima Yusuf dari ayahnya.

Anas r.a. berkata:


Sesungguhnya Rasulullah saw. merasa sayang terhadap Tsufl. Menurut ‘Abdullah, Tsufl ialah sisa makanan.

Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman dari Sa’id bin Sulaiman dari ‘Abbad bin ‘Awwam dari Humaid yang bersumber dari Anas r.a.



Demikian pembahasan mengenai lauk pauk yang dimakan Rasulullah saw. yang juga menjelaskan kuliner kesuksaan Rasulullah saw. Bagi Anda yang ingin membaca semua isi kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah yang membahas lengkap, Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW, silahkan bisa klik di sini.

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel