INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Boyolali - Ibadah Rasulullah Saw Berdasarkan Kitab Asy-Syama-Ilul Muhammadiyyah


Ibadah Rasulullah saw. merupakan isu penting bagi kita, alasannya yakni selain kita menyadari kiprah utama kita untuk beribadah. Dalam beribadah kita pun juga memang diharuskan mengikuti petunjuk sesuai yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Pada postingan kali ini, kita akan membahas perihal ibadah Rasulullah saw. ibarat yang telah dijelaskan dalam kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah. Adapun klarifikasi mengenai potongan ini yakni sebagai berikut :

Mughirah bin Syu‘bah r.a. pernah menyaksikan Rasulullah saw. shalat dan ia (Mughirah) bercerita:


Rasulullah saw. berdiri (shalat) hingga bisul kedua kakinya. Kepadanya ditanyakan, “Mengapa Anda membebani diri dengan hal yang demikian? Bukankah Allah swt. telah mengampuni Anda dari segala dosa Anda, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Rasulullah saw. bersabda, “Tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur‘?”

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id juga oleh Basyar bin Mu‘adz dari Abu ‘Awanah dari Ziyad bin ‘Alaqah yang bersumber dari al-Mughirah bin Syu‘bah r.a..

Demikian pula Abu. Hurairah, r.a. ia menyaksikan Rasulullah. saw. shalat, dan ia bercerita sebagai berikut:


Rasulullah saw. pernah shalat hingga bisul kedua kakinya. (Selanjutnya) Abu Hurairah r.a. berkata, “Maka kepadanya ditanyakan, ,'Mengapa Anda melaksanakan hal ini padahal telah hingga kepada Anda ayat yang menyatakan bahwa Allah telah mengampuni Anda dari segala dosa yang telah kemudian dan yang akan datang?
Beliau bersabda, “Apakah tidak patut saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?”

Diriwayatkan oleh Abu ‘Ammar (al-Husain bin Huraits) dari al-Fadlal bin Musa dari Muhammad bin ‘Amr dari Abu Salamah yang bersumber dari Abu Hurairah r.a..

Masih kesaksian Abu Hurairah r.a., ia mengatakan:


Rasulullah saw. mendirikan shalat hingga bisul kedua kakinya. Maka ditanyakan orang kepadanya, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda melaksanakan ini, bukankah Allah swt. telah mengampuni segala dosa Anda baik yang telah lewat maupun yang akan datang?“ Beliau bersabda. ”Tidak patutkah saya menjadi seorang hamba yang bersyukur?“

Diriwayatkan oleh 'Isa bin 'Utsman bin 'Isa bin ‘Abdurrahman ar-Ramili dari pamannya Yahya bin 'Isa ar-Ramili dari A‘masy dari Abu Shalih yang bersumber dari Abu Hurairah r.a..

AI-Aswad bin Yazid r.a. bercerita:



Aku bertanya kepada ‘Aisyah r.a. wacana shalat Rasulullah saw. pada malam hari. Ia menjawab. “Rasulullah saw. tidur pada awal malam, kemudian dia bangun (untuk shalat). Bila telah berada pada waktu sahur, dia shalat witir. Setelah itu. dia kembali ke daerah tidurnya. bila dia merasa perlu, maka dia berkumpul dengan istri-istrinya. Bila dia mendengnar permintaan adzan. maka dia pun berdiri (dari tempat. tidurnya). Bila dia berjunub. maka ditumpahkalmya air padu badannya (mandi). Bila tidak. dia hanya berwudlu dan berangkat (ke mesjid) untuk shalat.“

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar dari Muhammad bin Ja‘far dari Syu'bah dari Abu Ishaq yang bersumber dari al-Aswad bin Yazid r.a….

Kuraib r.a… bercerita, bahwa Ibnu 'Abbas r.a. mengkhabarkan kepadanya (Kuraib) bahwa ia (Ibnu. 'Abbas r.a.) pernah bermalam di rumah Maemunah (istri Rasulullah saw.) dan ia (Maemunah r.a.) yakni bibinya (saudara ibunya). Ibnu 'Abbas berkata :


Aku berbaring pada potongan sisi lebar bantal dan Rasulullah saw. berbaring pada sisi panjangnya. Lalu Rasulullah saw. tidur hingga tengah malam (kurang sedikit) atau lewat sedikit dari tengah malam, Rasulullah saw. bangun dari tidurnya. Kemudian dia menyapu bekas tidurnya dari mukanya dan membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran. Kemudin dia berdiri dan menuju girbah (tempat air) yang tergantung. Maka dia berwudlu dari air girbah itu dengan sebaik-baiknya. Kemudian dia berdiri melaksanakan shalat.

Selanjutnya Abdullah bin ‘Abbas (Ibnu ”Abbas r.a.) berkata, “Maka saya pun berdiri (hendak melaksanakan shalat) di sampingnya, lantas Rasulullah saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku, kemudian memegang pendengaran kananku dan dia menarikku. Setelah itu, dia shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi. (Perawi yang berjulukan Ma‘an berkata: Enam kali dua rakaat). Kemudian dia shalat Witir, kemudian dia berbaring hingga terdengar bunyi Muadzdzin mengumandangkan adzan. Kemudian dia berdiri melaksanakan shalat dua rakaat dengan ringkas. Setelah itu, dia keluar untuk melaksanakan shalat shubuh.”

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id dari Malik bin Anas dan diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa al-Anshari dari Ma‘an dari Malik dari Makhramah bin Sulaiman dari Kuraib yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas r.a..

Ibnu ‘Abbas r.a. berkata:

Nabi saw. shalat malam hari 13 rakaat.

Diriwayatkan oleh Abu Kuraib Muhamamd bin al-A‘la dari Waki‘ dari Syu‘bah dari Abu Jamrah yang besumber dari Ibnu 'Abbas r.a..

‘Aisyah r.a. mengabarkan:


Sesungguhnya apabila Nabi saw. tidak sempat shalat malam hari lantaran tertidur atau berat rasa kantuknya, maka dia lakukan shalat 12 rakaat di siang hari.

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id dari Abu ‘Awanah dari Qatadah dari Zurarah bin Aufa dari Sa‘id bin Hisyam yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan:


Nabi saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian bangun (shalat) malam hari, maka hendaklah ia memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringkas (tidak panjang).

Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-A'la dari Abu 'Usamah dari Hisyam bin Hisan dari Muhammad bin Sirin yang bersumber dari Abu Hurairah r.a..

Zaid bin Khalid al-Juhani r.a. bercerita :


Sungguh, saya pernah memperhatikan shalat Nabi saw. Kala itu saya tidur di ambang pintu rumahnya/kemahnya. Rasulullah saw. melaksanakan shalatnya dua rakaat dengan ringkas. Kemudian dia shalat dua rakaat dengan panjang sekali. Kemudian dia shalat dua rakaat yang lebih pendek dari yang sebelumnya, kemudian dia shalat dua rakaat yang lebih pendek dari yang sebelumnya, kemudian dia shalat lagi dua rakaat yang lebih pendek dari yang sebelumnya, kemudian dia shalat lagi dua rakaat yang lebih pendek dari yang sebelumnya, kemudian dia shalat witir, maka shalat dia berjumlah 13 rakaat.

Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id yang ia terima dari Malik bin Anas. Selain itu, diriwayatkan pula oleh Ishaq bin Musa dari Ma‘an yang ia terima juga dari Malik dari 'Abdullah bin Abu Bakhrah dari bapaknya 'Abdullah bin Qais bin Makhramah yang bersumber dari Zaid bin Khalid al-Juhani r.a..

Keterangan :
Zaid bin Khalid al-Juhani r.a. yakni shahabat Rasulullah saw. dari golongan kaum Anshar, ia pun merupakan salah seorang pengikut perjanjian Hudaibiah.

Abu Salamah bin 'Abdurrahman bertanya kepada 'Aisyah r.a. wacana shalat Rasulullah saw. di bulan Ramadlan. 'Aisyah r.a. berkata:


Rasulullah saw. tidak melaksanakan shalat (sunat), baik pada bulan Ramadlan ataupun lainnya melebihi 11 rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan ditanya wacana baik dan panjangnya. Kemudian dia shalat lagi empat rakaat, jangan ditanya wacana baik dan panjangnya. Setelah itu, dia shalat tiga rakaat. Selanjutnya ‘Aisyah r.a. bercerita, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Wahai Rasulullah, apakah tidur dulu sebelum shalat Witir?’

Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Aisyah, bahu-membahu kedua mataku tertidur, namun hatiku tak pernah tidur.”

Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa dari Ma-'an dari Malik dari Sa‘id bin Abu Sa'id al-Maqburi yang bersumber dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman.

'Aisyah r.a. berkata :


Sesungguhnya Rasulullah saw. melaksanakan shalat di malam hari sebelas rakaat. Beliau lakukan shalat Witir (ganjil) satu rakaat. Apabila dia selesai melaksanakan shalat itu, dia berbaring dengan lambung kanannya di sebelah bawah.

Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa dari Ma‘an dari Malik dari Ibnu Syihab dari 'Urwah yang bersumber dari 'Aisyah r.a..

Demikian pula, ‘Aisyah r.a. bercerita:


Rasulullah saw. shalat di malam hari sebanyak sembilan rakaat.

Diriwayatkan oleh Hannad dari Abul Akhwash dari al-A‘masy dari Ibrahim dari al-Aswad yang bersumber dari ‘Aisyah r.a..

Hudzaifah bin al-Yamani r.a.. menceritakan pengalamannya sewaktu shalat malam bersama Rasulullah saw.:


Manakala Rasulullah saw. memulai shalat, dibacanya, “Allahu akbaru dzul malakuti wal jabaruti wal kibriya-i wal azhamah” (Allah Maha Besar, Pemilik segala kerajaan, segala kekuasaan, kebesaran dan keagungan).

Hudzaifah r.a. menyambung ceritanya,

“Kemudian Nabi saw. membaca surat al-Baqarah kemudian ruku. Rukunya hampir sama lamanya dengan berdirinya. Tatkala ruku dia membaca, “Subhana rabbiyal azhimi, subhana rabbiyal azhim’ (Maha Suci Allah Yang Maha Agung, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).

Kemudian dia mengangkat kepalanya untuk berdiri. Berdirinya (I‘tidal) hampir sama lamanya dengan rukunya. Ketika itu dia membaca, ‘Li rabbiyal hamd, li rabbiyal hamd’ (Segala puji bagi Rabb-ku, segala puji bagi Rabb-ku). Kemudian dia sujud, sujudnya hampir sama lamanya dengan berdirinya, ketika itu dia membaca, “Subhana rabbiyal a‘la, subhana rabbiyal a‘la’ (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi, Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi). Kemudian dia mengangkat kepalanya dari sujud (duduk di antara dua sujud). Duduknya (antara dua sujud), hampir sama lamanya dengan sujud, ketika itu dia membaca, ‘Rabbighfir li, rabbighfir li’ (Y a Rabbi, ampunilah daku, ya Rabbi, ampunilah daku).

Pada shalatnya itu dia membaca surat al-Baqarah, Ali 'Imran, an-Nisa, al-Maidah atau al-An‘am (Perawi ragu apakah surat al-Maidah atau surat al-An‘am).

Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-Mutsanna dari Muhammad bin Ja'far dari Syu‘bah dari ‘Amr bin Murrah dari Abu Hamzah al-Anshari dari seorang pria Bani 'Abbas yang bersumber dari Hudzaifah bin al-Yamani r.a..

'Aisyah r.a. berkata :


Rasulullah saw. shalat semalaman dengan satu ayat Al-Qur'an (bacaan suratnya).

Diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Nafi' al-Bashri dari 'Abd Shamad bin 'Abdul Warits dari Ismail bin Muslim al-‘Abdi dari Abu Mutawakkil (namanya yakni 'Ali bin Daud) yang bersumber dari 'Aisyah r.a.

Keterangan:
Pada suatu malam, Rasulullah saw. melaksanakan shalat semalam suntuk hingga shubuh. Dalam shalatnya itu dia hanya membaca satu ayat (bacaan suratnya). Menurut Abu Dzar, ayat yang dibacanya itu adalah, “Jika Engkau menyiksa mereka, maka bahu-membahu mereka yakni hamba-hamba Engkau dan jikalau Engkau mengampuni mereka maka bahu-membahu Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijakasana.” (Q.S. 5 aI-Maidah 118).

'Abdullah bin Mas‘ud r.a. bercerita:


Pada suatu malam, saya shalat bersama Rasulullah saw., dia berdiri usang sekali sehingga saya menginginkan sesuatu yang
kurang baik.
'Abdullah bin Mas‘ud ditanya, “Apa yang kamu maksudkan dengan sesuatu yang kurang baik itu?” Ia menjawab, “Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi saw.”

Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan dari Sulaiman bin Harb dari Syu‘bah dari al-A ‘masy dari Abu Wail yang bersumber dari 'Abdullah bin Mas‘ud r.a..

'Aisyah r.a. berkata:
Sesungguhnya Nabi saw. shalat sambil duduk. Beliau membaca (Fatihah dan surat) sambil duduk. Apabila bacaan suratnya tinggal sekitar 30 atau 40 ayat, dia berdiri dan membacanya sambil berdiri, kemudian ruku dan sujud. Pada rakaat kedua, dia berbuat ibarat itu.

Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa al-Anshari dari Ma‘an dari Malik dari Abu Nadlr dari Abu Salamah yang bersumber dari 'Aisyah r.a..

 'Abdullah bin Syaqiq  berkata kepada Ummul Mukminin 'Aisyah r.a. perihal shalat sunat Rasulullah saw. Ia menjawab:


Rasulullah saw. shalat malam usang sekali, dia melakukannya sambil berdiri. Pada malam lainnya, dia shalat usang sekali dan dilakukannya sambil duduk. Bila dia membaca (Fatihah dan surat) pada shalatnya sambil berdiri, maka ruku dan sujudnya pun sesuai dengan shalat sambil berdiri. Dan bila dia membaca (Fatihah dan surat) pada shalatnya sambil duduk, maka ruku dan sujudnya pun sesuai dengan shalat sambil duduk.

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani' dari Husyaim dari Khalid al-Hidza-i yang bersumber dari 'Abdullah bin Syaqiq.

Keterangan : 
'Abdullah bin Syaqiq al-Bashri, berdasarkan Imam Ahmad, ia yakni rawi yang tsiqat.

Ummul Mukminin Hafsah r.a. bercerita :


Rasulullah saw. mengerjakan shalat sunnat sambil duduk. Beliau membaca sebuah surat Al-Qur’an sorta mentartilkannya, sehingga bacaannya lebih usang dari surat yang lebih Danjan yang dibaca tidak ditartilkan.

Diriwayatkan oleh Ishaq bin Musa al-Anshari dari Ma‘an dari Malik dari Ibnu Syihab dari Sa-ib bin Yazid dari al-Muthalib bin Abu Wada‘atis Sahmi yang bersumber dari Hafsah r.a..

Keterangan :
Sa-ib bin Yazid dari al-Muthalib bin Abu Wada‘atis Sahmi memeluk Islam tatkala pembebasan kota Mekkah, periwayatannya diterima oleh jamaah kecuali Bukhari.

Ummul Mukminin 'Aisyah r.a. berkata:

Sesungguhnya Nabi saw. tidak wafat, hingga kebanyakan shalatnya (shalat sunat) dilaksanakan dalam keadaan duduk.

Diriwayatkan oleh al-Hasan bin Muhammad az-Za‘farani dari al-Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij dari 'Utsman bin Abu Sulaiman dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman yang bersumber dari 'Aisyah r.a..

Ibnu 'Umar r.a. bercerita:

Aku shalat bersama Rasulullah saw. dua rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya. Dua rakaat setelah Maghrib di rumahnya dan dua rakaat setelah Isya di rumahnya.

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani' dari Isma'il bin Ibrahim dari Ayyub dari Nafi' yang bersumber dari Ibnu 'Umar r.a..

Ummul Mukminin Hafshah r.a. mengatakan:


Sesungguhnya Rasulullah saw. melaksanakan shalat dua rakaat pada waktu terbit fajar dan muadzdzin mengumandangkan adzan.

Ayyub (perawi hadits ini) berkata, “Aku kira Nafi‘ (perawi sebelumnya) berkata, ‘... (dua rakaat) dengan ringkas."

Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani' dari Isma'il bin Ibrahim dari Ayyub dari Nafi' dari Ibnu 'Umar r.a. yang bersumber dari Ummul Mukminin Hafshah r.a..

Ibnu 'Umar r.a. menerangkan:


Aku pelihara amalan-amalan Rasulullah saw. berupa shalat delapan rakaat. Dua rakaat sebelum shalat Zhuhur, dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah shalat Maghrib dan dua rakaat setelah shalat Isya.
Selanjutnya Ibnu ‘Umar berkata, “Hafshah menceritakan kepadaku perihal dua rakaat shalat Fajar. Tapi saya tidak pernah melihatnya dilakukan oleh Nabi saw.

Di riwayatkan oleh Qutaibah bin Sa‘id dari Marwan bin Muawiah al-Fazari dari Ja‘far bin Burqaq dari Mainun bin Mihran yang bersumber dari Ibnu "Umar r.a..

Keterangan :
  • Hafshah (istri Rasulullah saw.) dan Ibnu 'Umar yakni abang beradik, keduanya yakni putra 'Umar bin Khaththab r.a..
  • Disebabkan Rasulullah saw. melaksanakan shalat Fajar di rumahnya, maka Ibnu 'Umar tidak pernah melihatnya. 

'Abdullah bin Syaqiq r.a. bertanya kepada 'Aisyah r.a. wacana shalat (sunnat Rawatib) Rasulullah saw. 'Aisyah menjawab:



Beliau mengerjakan shalat sebelum shalat Zhuhur dua rakaat, sesudahnya dua rakaat, setelah shalat Maghrib dua rakaat, setelah shalat Isya dua rakaat dan sebelum shalat Shubuh dua rakaat.”

Diriwayatkan oleh Abu Salamah Yahya bin Khalaf dari Basyar bin al-Mufadldlal dari Khalid al-Hadza-i yang bersumber dari 'Abdullah bin Syaqiq r.a..

‘Ashim bin Dlamrah(1) bertanya kepada ‘Ali k.w. perihal shalat Rasulullah saw. di siang hari, ia menjawab:

Sesungguhnya kalian tak akan mampu melakukannya! Maka kami berkata, “Seandainya di antara kami ada yang bisa mengerjakannya, shalat apa saja itu?“(2) Selanjutnya Ali k.w. bercerita. “Adalah Nabi saw. bila matahari berada di sini (Ali menunjuk ke arah timur) sebagaimana keadaannya berada di sini (beliau menunjuk ke arah barat) ketika waktu Ashar dia kerjakan shalat dua rakaat.(3) Dan bila matahari berada di sini (Ali menunjuk lagi ke arah timur), sebagaimana keadaannya berada di sini (beliau menunjuk ke arah barat) ketika waktu Zhuhur, dia kerjakan shalat empat rakaat.(4) Dan Nabi saw. mengerjakan pula shalat sebelum shalat Zhuhur empat rakaat, sesudahnya dua rakaat dan sebelum Ashar empat rakaat.(5) Beliau pisahkan pada setiap dua rakaat dengan salam kepada para malaikat al-Muqarrabin, para N abi dan semua orang yang beriman dan Islam. (6)

Diriwayatkan oleh Muhammad bin al-Mutsanna dari Muhammad bin Ja‘far dari Syu‘bah dari Abu Ishaq, ia mendengar dari ‘Ashim bin Dlamrah yang bersumber dari “Ali k.w..

Keterangan:
  1. Ashim bin Dlamrah berdasarkan Ibnu Madini ia yakni tsiqat. Sedangkan Imam Nasai tidak mengakuinya, ia wafat pada tahun 74 H dan periwayatannya dikeluarkan oleh Arba ah (empat orang)
  2. Pada riwayat lain disebutkan: “… Meskipun kami tidak bisa mengerjakannya, kami ingin mendengar riwayatnya …”.
  3. Maksudnya, bila matahari ketika waktu Ashar itu posisinya ditarik dan dipindahkan ke sebelah timur (yakni sekitar jam 7.30 sebagai kebalikan dari jam 15.30), maka Nabi saw. mengerjakan shalat dua rakaat. Shalat ini disebut shalat Dluha. 
  4. Maksudnya, bila matahari ketika waktu Zhuhur (tergelincir ke arah barat). posisinya ditarik (dipindahkan) ke arah timur dari garis vertikalnya (misalnya dikala tegak lurus matahari jam 12.00 dan dikala tergelincirnya (waktu Zhuhur) jalm 12.05. maka bila ditarik (dipindahkan ke arah timur pada posisi yang sama berarti jam 11.55), maka Pada dikala lebih kurang ibarat inilah Nabi saw. mengerjakan shalat sunnat empat rakaat… Shalat ini dinamakan shalat sunnat Awwabin. 
  5. Shalat sunnat empat rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya serta empat rakaat sebelum shalat Ashar, ini disebut shalat sunnat Rawatib. 
  6. Yang dimaksud dengan salam kepada para malaikat dan sebagainya, diperselisihkan oleh para ulama. Imam Tirmidzi mengemukakan pendapat Ishaq bin Ibrahim sebagai berikut: Yang dimaksud dengan salam di sini ialah bacaan Tasyahhud. Sebab di dalam bacaan Tasyhhud itu terdapat salam yang berbunyi, “Assalamu alaina wa ala ibadikash ahnhin." Pendapat lainnya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan salam tembut ialah bacaan salam epilog shalat, yakni rukun shalat yang berbunyi, “Assalamu alaikum wa rahmatullah." Wallahu a'lam. 
Demikian pembahasan mengenai cara tidur Rasulullah saw.. Bagi Anda yang ingin membaca semua isi kitab Asy-Syama-ilul Muhammadiyyah yang membahas lengkap, Pribadi dan Budi Pekerti Rasulullah SAW, silahkan bisa klik di sini.

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel